
Content Marketing atau Konten Pemasaran--biasa kami menyebutnya--sudah menjadi perbincangan sehari-hari, khususnya di media digital dan social media. Hampir semua media digital hingga buzzer/influencer menawarkan layanan content marketing bagi klien mereka.
Tapi benarkah content marketing yang ditawarkan, benar-benar diinginkan oleh klien?
Reza, CEO Get Craft Indonesia berkesempatan berbagi pengetahuan seputar Content Marketing kepada tim Beritagar.id pada hari Kamis, 15 Februari 2018 lalu. Kegiatan sharing seperti ini merupakan agenda rutin internal Beritagar.id untuk terus mengembangkan diri dan karyawan.
Kami biasa menyebut kegiatan sharing seperti ini dengan istilah "Kelas".
Pada Kelas Content Marketing ini, Reza banyak membuka data seputar penggunaan konten untuk kegiatan marketing dari beragam brand dan segmen di Indonesia hingga Asia.
Reza juga menyoroti banyaknya kesalahan persepsi dan ekspektasi mengenai Konten Pemasaran.
Advertorial masih banyak digunakan dan dianggap sebagai konten pemasaran baik oleh klien maupun oleh publisher sendiri. Untuk itu, sangat penting memahami apa itu konten pemasaran baik oleh media, agensi, dan klien (brand).

Salah satu bagian yang menonjol dari presentasi Reza adalah, "Content Marketing berfokus pada 'memiliki' Media, bukan menyewanya".
Artinya, klien (brand) harus mulai memikirkan untuk memiliki asset berupa konten untuk mendukung kegiatan marketingnya.
Beberapa contoh brand global, seperti Johnson & Johnson dan Redbull, merupakan brand global yang terdepan dalam penggunaan content marketing. Brand-Brand tersebut 'menjelma' menjadi media (content creator) yang sangat kuat di segmen mereka. Redbull bahkan bisa monetize konten-konten extreme sports mereka dengan bekerjasama dengan pihak lain.
Definisi content marketing yang benar menurut Reza adalah seni berkomunikasi dengan customer dan membuat prospek tanpa berjualan.
Hal ini merupakan pemasaran tanpa interupsi. Ketimbang membujuk atau mempresentasikan jualan (produk atau jasa), content marketing digunakan oleh brand untuk memberikan informasi yang membuat customer mereka lebih pintar.
Intisari dari startegi menggunakan konten ini yaitu, apabila brand menyampaikan informasi berharga dengan konsisten kepada customernya, maka customer akan memberikan kesetiaan terhadap brand tersebut. Hasil akhirnya tentu peningkatan penjualan.
Masih banyak brand di Indonesia yang meminta content marketing, namun harus mencantumkan brand mereka dan menunjukkan keunggulan brand mereka dalam konten. Tidak sedikit pula yang meminta content marketing hanya satu - dua konten. Hal ini jelas bukan content marketing, lebih tepat disebut advertorial campaign.
Berdasarkan data yang dibuka Reza, tampak jelas juga CPA (cost per acquisition) yang sangat rendah dalam penggunaan konten sebagai salah satu sarana promosi dibanding dengan sarana promosi lain.
Perlu dipahami, pengertian dan kemampuan brand, agensi dan media di Indonesia, masih belum terstandar dengan baik, oleh karena itu, kami merasa edukasi terhadap media, brand, dan agensi perlu terus dilakukan agar tercipta standar konten pemasaran yang benar.